MASALAH TES
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Oleh:
Ade Yanto 1209207005
Bety Listiani 1209207012
Dede Reni Marlina 1209207015
Miftahul Qurrotul Uyun 1209207047
Ade Yanto 1209207005
Bety Listiani 1209207012
Dede Reni Marlina 1209207015
Miftahul Qurrotul Uyun 1209207047
Pendidikan
Fisika/Semester 4/Kelas A
JURUSAN MIPA PRODI
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNANG DJATI
BANDUNG
2011
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNANG DJATI
BANDUNG
2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya,
sehingga kita masih diberikan kenikmatan dan kelancaran dalam penulisan makalah
ini..
Shalawat serta salam marilah kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi
besar, Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya yang telah
berhasil membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman kecahayaan seperti saat
ini.
Makalah ini merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran. Di dalamnya makalah ini mengemukakan mengenai Konsep masalah
tes, diantarannya pengertian tes, persyaratan tes, dan ciri-ciri tes yang baik.
Penulis mengucapkan banyak
terima kasih pada dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, yang
senantiasa memberikan ilmu dan pengetahuan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu kitik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin.
Bandung,
Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian
Tes.............................................................................................. 3
B. Persyaratan
Tes............................................................................................ 4
C. Fungsi
Tes.................................................................................................... 7
D. Jenis-Jenis Tes.............................................................................................. 7
E.
Kelebian Dan Keurangan Jenis-Jenis Tes.................................................... 9
F.
Ciri-ciri Tes Yang Baik................................................................................ 11
G. Tahap-tahap
Penyusunan tes........................................................................ 14
H. Prinsip-Prinsip
Dasar dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar......................... 15
BAB III Penutup
A. Simpulan...................................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam
pendidikan terdapat bermacam-macam alat penilaian yang dapat dipergunakan untuk
menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik.
Untuk
melakukan evaluasi hasil mengajar dan belajar itu, seorang guru dapat
menggunakan dua macam tes, yaitu tes yang telah distandarakan (standardized
test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test).
Dengan alat pengukur
berupa tes tersebut, maka guru akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar
peserta didik.
Suatu tes dapat disebut
valid jika tes tersebut benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes
tersebut, jika digunakan dapat mencapai sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sebagai alat evaluasi, tes tersebut merupakan alat yang jitu dan cermat karena
telah mengalami try-out dan
perbaikan-perbaikan sehingga akhirnya merupakan tes standar.
Suatu tes disebut andal
(dapat dipercaya) jika tes tersebut menunjukan ketelitian dalam pengukuran.
Salah satu alat
penilaian kemapuan mengajar guru di sekolah adalah kemampuan guru untuk
melaksanakan evaluasi belajar siswa dalam PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya,
evaluasi yang dilaksanakan berupa evaluasi formatif, sumatif, dan remedial/her
( perbaikan).
Dengan
mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya dalam evaluasi
belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru yang digunakan
(formatif, sumatif, dan remedial/her) penting peranananya menentukan prestasi
siswa, keberhasialn PBM yang dikelola guru, program pengajran di sekolah dan
sekaligus menentukan mutu pendidikan. Karena itu, dalam membuat dan mengembangkan
tes, guru harus menyusunnya dengan baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal
itu maka guru harus mengetahui kriteia tes yang baik, pedoman pengembanhan tes,
dan teknik pemberian skor.
B. Rumusan Masalah
Ø apa
yang dimaksud dengan tes?
Ø Apa saja
persyaratan sebuah tes ?
Ø Apa saja
jenis-jenis tes itu?
Ø Apa
kelebihan dan kekurangan jenis tes?
Ø Bagaimanakah
ciri-ciri tes yang baik?
Ø Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar dalam
penyusunan tes hasil belajar ?
C. Tujuan
Ø Menjelaskan
pengertian tes
Ø Menjelaskan persyaratan tes
Ø Mengetahui
jenis-jenis tes
Ø Mengetahui
kelebihan dan kekurangan jenis tes
Ø Menerangkan
cara memilih ciri-ciri tes yang baik
Ø Menerangkan
prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tes
Secara
harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa perancis kuno : testum dengan arti:
“piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan mengunakan alat
berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya
sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa
indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Dalam (didieu
tulisan arab).
Tes
adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu ( Allen dan Yen,
1979: 1). Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus
dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi
mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang
diberikan individu yang dikenai tes tersebut ( anastari, 1982:22 ).
Pada
buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan
pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah
prosedur yang sitematis guna mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah atau
lebih ciri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.
Dengan
demikian ada tiga
hal yang penting dalam pengertian tes, pertama adalah sebutan pengukuaran.
Pemberian tes (testing adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement).
Kedua tes adalah alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan yang
dimiliki seseorang. oleh karena itu, pemberian tes sebenarnya terbatas dari
segi waktu pelaksanannya; pengetahuan dan kemampuan yang di ukur bersifat luas
hampir tanpa batas, sedangkan gambaran pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh
melalui tes merupakan sampel dari semua pengetahuan dan kemampuan yang mungkin
dimiliki oleh pembelajar. Ketiga, tes adalah penafsiran angka yang diperoleh
untuk menentukan cukup baik atau tidaknya sseorang pembalajar dalam mencapai
suatu tujuan.
B.
Persyaratan
Tes
Diilustrasikan bahwa mengukur panjang
sisi meja dengan menggunakan karet elastis yang diulur-ulur, sama halnya dengan
tidak mengukur. Hasil ukurannya tidak akan dapat dipercaya. Akan tetapi apabila
keadaannya memang terpaksa, yakni apabila kita harus melakukan pengukuran
padahal yang ada di situ hanyalah sehelai tali karet elatis, maka kita dapat
menggunakan tali itu asalkan menggunakannya harus mengikuti aturan tertentu,
yakni tidak boleh ditarik-tarik.
Apabila situasi ini kita pindahkan
kepada pelaksanaan evaluasi atau tes, maka dapat disajikan dalam situasi
berikut :
a. Seorang
guru yang belum berpengalaman menyusun tes, mengadakan suatu tes Bahasa
Indonesia. Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberapa pernyataan
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap isi bacaan tersebut,
tetapi hanya meliputi bagian awal dari bacaan saja. Di samping itu, siswa
diminta untuk mengambil beberapa kata sukar dari bacaan itu dan menerangkan
artinya. Pada waktu tes berlangsung, guru menungguinya dengan teliti dan tidak
memberi kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama. tes berjalan dengan
tertib.
b. Seorang
guru yang sudah berpengalaman, menyusun sebuah tes dengan baik. Kebetulan guru
ni juga mengajar bahasa indonesia. Seperti halnya guru pertama, ia memberi
sebuah bacaan dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan.
Setelah itu diikuti dengan deretan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh
siswa. Pada waktu pelaksanaan tes, guru ini mendadak sakit dan pengawasan
terhadap pelaksanaan tes diserahkan kepada kawannya, seorang guru muda yang
baik hati. Dibiarkannya saja anak-anak yang bercakap-cakap merundingkan jawaban
pertanyaan itu, atau anak-anak yang dengan sengaja mengeluarkan buku catatan
dan melihat-lihat isinya.
Dengan
gambaran dua buah situasi tes di atas dapat dengan cepat diambil kesimpulan
bahwa keduanya merupakan dua contoh pelaksanaan tes yang tidak diharapkan. Keduanya tidak akan menghasilkan
informasi yang baik tentang siswa.
Dari contoh pertama, yang kurang baik adalah tesnya.
Pertanyaannya disusun dengan kurang cermat. Para siswa dibebaskannya untuk
memilih sendiri kata-kata sukar dan menerangkannya. Dengan demikian, akan
terdapat banyak sekali variasi jawaban sehingga guru akan menjumapai pada waktu
menilai. Guru tidak dapat memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan
siswanya. Nilai yang diperoleh tidak dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis maupun
untuk mengisi rapor.
Dari contoh yang kedua, tes yang disusun oleh guru
sudah baik. Dengan pengarahan dari guru yakni memberikan kata-kata sukar yang
harus diterangkan oleh siswa, guru dapat memperoleh informasi siswa mana yang
sudah menguasai bahan dan siswa mana yang belum. Akan tetapi, kesalahannya
terletak pada pelaksanaan atau administrasi tes. Oleh karena situasinya memberikan
peluang kepada sisswa untuk saling menyeragamkan jawaban, maka guru tidak dapat
memperoleh gambaran siapa sebenarnya siswa yang sudah menguasai bahan pelajaran
sehingga dapat menjadi sumber informasi dan menjual jasa kepada kawan-kawannya.
Dari contoh dan keterangan ini semua dengan singkat
dapat dikatakan bahwa sumber persyaratan tes didasarkan atas dua hal :
1. Menyangkut
mutu tes.
2. Menyangkut
pengadministrasian dalam pembelajaran.
Walapun dalam melaksanakan tes sudah
diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara prosedur yang telah
ditetapkan, namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert
Sax(1980,31-42) menyebutkan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1) Adakalanya
tes ( secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang (walaupun tidak
sengajka demikian), misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan maupun pengumuman
hasil. Dalam kompetesi merebut suatu kesempatan yang pemilihannya melalui tes
mau tidak mau ada pihak yang dikalahkan dan merasa tersinggung.
2) Tes
menimbulkan kecemasan sehingga mempeengaruhi hasil belajar yang tidak murni.
Tidak dipiungkiri bbahqa tes akan menimbulkan suasana khusus yang mengakibatkan
hal-hal yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. Didalam
penelitiannya Kirkland (1971) menyimpulkan bahwa:
a) Besar
kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil belajar
b) Murid
yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan
anak yang berkemampuan tinggi
c) Kebiasaan
terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya mengurangi timbulnya kecemasan
dalam tes
d) Dalam
kecemasan tinggi murid akan mencapai hasil baik jika soalnya berupa ingatan,
tetapi sebaliknya jika soalnya bersifat fikiran
e) Timbulnya
kecemasan sejalan dengan tingkatan kelas
f) Di
tingkat sekolah menengah, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan lebih
tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki
Banyak
penelitian dilakukan oleh para ahli tentang kecemasan ini. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa bagaimanapun bebasnya suasana tes, namun tampak bahwa tastee
akan berbeda jika pertanyaan dilakukan bukan dalam suasana tes. Didalam suasana
tes sering terlihat testee yang menetupi kecemasannya dengan cara menggigit
kuku, mengetuk-ngetuk saja dan perilaku lain. Mengingat hasil tes sangat
menentukan nasib mereka untuk itulah seorang guru harus berhati-hati dalam
memberikan pertimbangan.
3) Tes
mengategorikan siswa secara tetap
Dengan mengikuti hasil
tes kadang-kadang orang men-cap seseorang atau siswa kedalam kelompok
kategorinya.
4) Tes
tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
Dengan rumusan soal tes
yang kompleks kadang-kadang siswa yang kurang pandai hanya melihat kalimatnya
secara sepintas saja. Cara seperti ini boleh jadi menguntungkan karena waktu
yang disediakan tidak habis terbuang
5) Tes
hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas
Manusia memopunyai
seperangkat sifat yang semuanya tidak bisa diukur melalui tes. Tingkah laku
sebagai cermin dari sifat-sifat manusia adakalanya lebih cocock diketahui
melalui pengalaman secara cermat. Beberapa sifat yang mungkin perlu diukur
dengan berbagai instrumen yang bukan tes.
C.
Fungsi
Tes
1. Tes Sebagai
Pengukur Prestasi
a. Tes prestasi
belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh
siswa dalam belajar.
b. Sebagai bukti
ada
atau tidaknya peningkatan kemampuan peserta didik atau berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan.
2. Tes Sebagai
Motivator dalam Belajar
a. Feed back berupa
nilai penting guna meningkatkan belajar (Thorndike, et.al.,1991)
b. Siswa
akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui
bahwa di akhir program yang sedang ditempuh akan diadakan tes untuk mengetahui
nilai dan prestasi mereka.
c. Tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik, bukan motivator intrinsik
(Robert L. Ebel, 1979)
d. Teori
psikologi behaviorisme memandang bahwa hasil tes yang baik dan yang segera
diketahui oleh siswa yg bersangkutan akan menjadi pengalaman yang menyenangkan
(rewarning learning experience) dan mempunyai efek memperkuat dorongan
untuk belajar kembali.
D.
Jenis
- Jenis Tes
1. Dari segi bentuk pelaksanaannya
a. Tes Tertulis ( paper and pencil
test)
Tes
tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil
sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian
pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer.
b. Tes Lisan ( oral test)
Tes
lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan
murid.
c. Tes Perbuatan (performance test)
Tes
perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit
kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
2. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan
jawabannya
a. Tes Essay (uraian)
Tes
Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa
menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa
sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam
menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
b. Tes Objektif
Tes
objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam bentuk, antara lain
: Tes Betul-Salah (TrueFalse), Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), Tes
Menjodohkan (Matching), dan Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
3. Dari segi fungsi tes di sekolah:
a. Tes Formatif
Tes
Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama
proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit
pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :Untuk mengetahui
apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran,
Merupakan penguatan bagi peserta didik, Merupakan usaha perbaikan bagi siswa,
karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya, dan Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana
yang belum dikuasainya.
b. Tes Summatif
Tes
sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian
peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau
akhir semester.
c. Tes Penempatan
Tes
penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan
dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau
dimasuki peserta didik dalam belajar.
d. Tes Diagnostik
Tes
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang
dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang
mengganggu kegiatan belajarnya.
E.
Kelebihan
dan Kekurangan Jenis-Jenis Tes
1. Tes
lisan
a. Kelebihannya
antara lain:
1) Lebih
dapat menilai kepribadian dan isi pengetahuan seseorang karena dilakukan secara
face to face
2) Jika
si penjawab belum jelas, pengetes dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti
oleh si penjawab
3) Dari
sikap dan cara menjawabnya, pengetes dapat mengetahui apa yang tersirat
disamping yang tersurat
4) Pengetes
dapat mengorek isi pengetahuan seseorang sampai mendetail dan dapat mengetahui
bidang mana dari pengetahuan itu yang lebih dimiliki atau disenanginya
5) Untuk
mengetahui kecakapan tertentu
6) Pengetes
dapat langsung mengetahui hasilnya
b. Kekurangannya
antara lain:
1) Jika
hubungan antara pengetes dan yang dites kurang baik, dapat mengganggu
objektivitas hasil tes
2) Sifat
penggugup pada yang dites dapat menggangu kelancaran jawaban yang diberikan
3) Pribadi
dan sikap pengetes dan hubungannya dengan yang dites memungkinkan hasil yang
kurang objektif.
2. Tes
tulisan
a. Kelebihannya
antara lain:
1) Dapat
sekaligus menilai kelompok dalam waktu yang singkat
2) Bagi
si penjawab ada kebebasan memilih dan cara menjawab
3) Karena
pertanyaannya sama, scope dan isi pengetahuan yang dinilai tiap-tiap orang pun
sama pula
b. Keburukannya
antara lain:
1) Mudah
menimbulkan kecurangan dan kepalsuan jawaban
2) Mudah
menimbulkan spekulasi bagi orang yang akan dites
3. Tes
Essay
a. Kebaikannya
antara lain:
1) Bagi
guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama
2) Si
penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati atau buah
pikirannya
3) Melatih
mngeluarkan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur
4) Lebih
ekonomis, hemat karne tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk membuat
soal tes
b. Kelemahanya
antara lain:
1) Tidak
atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang scope-nya luas atau
banyak sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya
2) Kemungkinan
jawaban yang heterogen sifatnya menyulitkan pengetes dalam menskornya
3) Baik
buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang tidak sama mudah
menimbulkan evaluasi dan penskoran yang kurang objektif
4. Tes
objektif
a. Kebaikannya
antara lain:
1) Dapat
digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau skope yang luas.
Pelajaran yang diberikan selama satu tahun atau dua tahun dapat dites sekaligus
2) Bagi
yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin karena adanya jawaban yang
tersedia
3) Dapat
dinilai secara objektif karena kunci jawabannya telah tersedia
4) Memaksa
siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap
bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari
b. Kekurangannya
antara lain:
1) Kurang
memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya
karena anak tidak membuat kalimat
2) Memungkinkan
anak atau si penawab berbuat coba-coba (kira-kira), untung-untungan dalam
menjawabnya
3) Menyusun
tes ini tidak mudah, memrlukan ketelitian dan waktu yang agak lama
4) Kurang
ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak
Untuk
menilai hasil-hasil tes objektif biasanya dilakukan penskoran secara statistik.
- Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes dikatakan baik jika
memenuhi persyaratan:
a. Bersifat valid atau memiliki
validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes itu
isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang
digunakan tepat.
Ada 4 macam validitas:
1) Validitas Isi
Yaitu untuk mengetahui kajituan dari
suatu instrumen ditinjau dari segi isi instrumen tersebut yang dilakukan dengan
jalan membandingkan isi instrumen dengan komponen-komponen yang harus diukur.
2) Validitas Susunan
Untuk mengetahui apakah suatu
instrumen memenuhi syarat-syarat validitas susunan atau tidak, maka harus
membandingkan susunan instrumen tersebut dengan syarat-syarat penyusunan
instrumen yang baik.
3) Validitas Bandingan
Kejituan suatu instrumen dilihat
dari korelasinya terhadap keadaan yang sebenarnya dari responden tersebut saat
pengukuran dilakukan.
4) Validitas Ramalan
Kejituan dari suatu instrumen
ditinjau dari kemampuan instrumen tersebut meramalkan keadaan individu pada
masa yang akan datang.
b. Bersifat reliable, atau memiliki
reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan keterandalan.
Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan
hasil yang sama. Reliabilitas menunjuk kepada ketetapan dari nilai yang
diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang
sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep reliabilitas
mendasari kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai
susunan dari kelompok itu mungkin berubah karenanya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam reliabilitas adalah:
1) Sebelum mengadakan tes harus
diperhatikan terlebih dahulu keadaan fisik dan lingkungan di sekitar testi.
2) Jika korelasi mendekati satu atau kurang
dari satu maka ketetapannya reliable tapi kalau korelasi lebih dari satu maka
tidak reliable
c. Praktis atau memiliki kepraktisan
(Practibility).
Tes memiliki sifat kepraktisan
artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi
tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes. Tes
yang praktis adalah tes yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Mudah
dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kepada siswa ubtuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap
mudah oleh siswa.
2) Mudah
pemeriksaannaya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun
pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah
dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
3) Diilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga daapat diberikan atau diawali oleh
orang lain.
d. Objektivitas
Sebuah
tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama sistem skoringnya.
Apabila dikaitkaan dengan
reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem
skoring, sedangkan reliablilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Ada 2 faktor yang
mempengaruhi subjektifitas dari suatu tes yaitu, bentuk tes dan penilaian.
1. Bentuk
Tes
Tes yang berbentuk
uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilaian untuk memberi
penilaian menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang
siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda apabila
dinilai oleh dua orang penilai. Itulah sebabnya pada waktu ini ada
kecenderungan penggunaan tes objektivitas dari penilai, maka sistem skorsingnya
dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman
skorsing terlebih dahulu.
2. Penilaian
Subjektivitas dari
penilaian akan dapat masuk agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain : kesan penilai
terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan. Untuk
menghindari atau mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan
penilaian, maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat
pedoman. Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah pengadministrasian
yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.
a. Evaluasi
harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang
berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau
dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan
seorang siswa. Faktor kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya.
b. Evaluasi
harus dilakukan dengan cara komprehensif (menyeluruh) yang dimaksud dengan
evaluasi yang komprehensif di atas adalah atas berbagai segi peninjauan :
1. Mencakup
keseluruhan materi.
2. Mencakup
berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman,aplikasi, dsb)
3. Melalui
berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, pengamatan
insidental, dan sebagainya.
e. Ekonomis
Tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Namun
syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan
reliable.
- Tahap-tahap
penyusunan tes
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes
yang baik,yaitu:
a.
Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran
yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki
oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
1)
Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah
berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus
jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja
operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
2)
Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan
untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes
sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun
tes.
3)
Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu
diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi,
skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan
dana dan kepraktisan.
4)
Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat
diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat
ringannya beban penyeleaian soal tersebut
5)
Merencanakan banyak soal
6)
Merencanakan jadwal penerbitan soal
b.
Penulisan soal
c.
Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan
untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk
mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi
isi/materi, kriteria dan psikologis.
d.
Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini
sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.
e.
Penganalisisan hasil uji coba.
f.
Pengadministrasian soal
- Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi Belajar
a. Menurut
(Gronlund,1977)
1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah
dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan
instruksional.
2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang
representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup
oleh program instruksional atau pengajaran.
3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling
cocok guna mengukur hasil
belajar yg diinginkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar
sesuai dengan tujuan penggunaan
hasilnya.
5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi
mungkin dan hasil
ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan
untuk
meningkatkan belajar para anak didik.
Selain itu
menurut Anas Sudjiono dalam bukunya Pengantar evaluasi pendidikan mengemukakan ada beberapa prinsip
dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes
tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang
telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang
diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Pertama,
tes
hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning
outcomes) yang telah detetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Kejelasan
mengenai pengukuran hasil belajar soal tes hasil belajar.
Kedua,
butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari
populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili
seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu
unit pengajaran.
Ketiga,
bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi,
sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai
dengan tujuan tes itu sendiri. Untuk mengukur hasil belajar yang berupa
keterampilan mislanya, tidak tepat kalau hanya menggunakan soal-soal yang
berbentuk essay tes yang jawabannya hanya menguraikan dan bukan melakukan atau
mempraktekan sesuatu. Demikian pula untuk
mengukur kemampuan menganalisis suatu prinsip , tidak cocok jika
digunakan butir-butir soal yang berbentuk objective tes yang pada dasarnya
hanya mengungkapkan daya ingat peserta didik.
Keempat,
tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh
hasil yang diinginkan. Pernyataan tersebut mengandung makna, bahwa desain tes
hasil belajar harus disusun secara relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh
masing-masing jenis tes. Desain dari placement test – (yaitu tes yang digunakan
untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program
pendidikan tertentu) sudah barang tentu
akan berbeda dengan desain dari formative tes (yaitu tes yang digunakan untuk
mencari umpan balik guna memperbaiki proses pembelajaran, baik bagi guru maupun
bagi siswa) dan summative test (yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau
menilai samapi di mana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan
siswa yang bersangkutan). Demikian pula desain ari diagnostic tes (yaitu tes
yang digunakan dengan tujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa,
seperti latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan sosial ekonomi siswa)
tentu akan berbeda pula dengan tiga jens tes yang telah disebutkan di atas.
Kelima,
tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya
setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subyek yang
sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama. Dengan demikian tes hasil
belajaar itu hendaknya memiliki keajegan hasil pengukuran yang tidak diragukan
lagi.
Keenam,
tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan
belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang
berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu
sendiri.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
Ada tiga hal yang penting dalam
pengertian tes, pertama adalah sebutan pengukuaran. Pemberian tes (testing
adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement). Kedua tes adalah alat
untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Ketiga, tes adalah penafsiran angka yang diperoleh untuk
menentukan cukup baik atau tidaknya sseorang pembalajar dalam mencapai suatu
tujuan.
Sebuah tes harus sesuai dengan apa yang akan diukur sehigga dapat meberikan
informasi yang benar. Dengan kata lain sebuah tes adalah alat yang dipakai untuk
mengetahui ketercapaian keadaan yang diinginkan oleh pengetes, setelah terlebih
dahulu meberikan perlakuan yang benar terhadap objek yang di tes. Tentuya
sebuah tes harus dibuat berdasaran ketentuan-keetentuan atau prinsip tertentu
yang sesuai dengen perlakuan yag diberikan kepada objek, sehingga informasi
yang diahasilkan dapat dipercaya.
Sebuah tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi empat faktor yakni:
Valid, Reriabel, praktis, dan objektif.
DAFTAR
PUSTAKA
·
amintabin.blogspot.com
- Amir
Daien Indrakusuma. 1993. Evaluasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP
Malang.
·
Arikunto,
Suharsimi. 2007. Dasar – Dasar Evaluasi
Pendidikan Ed. Revisi , Cet. 7.
Jakarta: Bumi Aksara
- Dewa
Ketut Sukardi. 1997. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rinneka Cipta.
- Frederick
G. Brown. (terjemahan oleh Yuenda Vicky Larasati). 2009. Measuring
Classroom Achievement.
(http://pdf.database.com/mengukur-pencapaian-siswa.html)
·
Gronlund, Norman
E: Improving Marking and Reporting in Classroom Instruction, Macmillan
Publishing Co, Inc. New York,1974
·
minaltimay.wordpress.com
·
Purwanto,
Ngalim. 1984. Prinsip – Prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
·
Sudijono, Anas.
2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
·
za-doc.blogspot.com
Kotak postingana alit teuing atuch . . . :-)
BalasHapusNgiring ngalangkung . . .
http://panduanprofitclicking-jbp.blogspot.com/
Hatur nuhun..masih belajar
BalasHapus