Selasa, 08 Mei 2012

Makalah- Masalah Tes Evaluasi Pembelajaran


MASALAH TES
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran





Oleh:
Ade Yanto                      1209207005
Bety Listiani                    1209207012
Dede Reni Marlina          1209207015
Miftahul Qurrotul Uyun  1209207047

Pendidikan Fisika/Semester 4/Kelas A


JURUSAN MIPA PRODI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNANG DJATI
BANDUNG
2011

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya, sehingga kita masih diberikan kenikmatan dan kelancaran dalam penulisan makalah ini..
Shalawat serta salam marilah kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya yang telah berhasil membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman kecahayaan seperti saat ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Di dalamnya makalah ini mengemukakan mengenai Konsep masalah tes, diantarannya pengertian tes, persyaratan tes, dan ciri-ciri tes yang baik.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, yang senantiasa memberikan ilmu dan pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kitik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
 Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin.


                                                                                                Bandung, Juni 2011

                                                                                   
                                                                                                Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
A.       Latar Belakang............................................................................................. 1
B.       Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.       Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
A.       Pengertian Tes.............................................................................................. 3
B.       Persyaratan Tes............................................................................................ 4
C.       Fungsi Tes.................................................................................................... 7
D.       Jenis-Jenis Tes.............................................................................................. 7
E.        Kelebian Dan Keurangan Jenis-Jenis Tes.................................................... 9
F.        Ciri-ciri Tes Yang Baik................................................................................ 11
G.       Tahap-tahap Penyusunan tes........................................................................ 14
H.       Prinsip-Prinsip Dasar dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar......................... 15
BAB III Penutup
A.       Simpulan...................................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................................ 19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Didalam pendidikan terdapat bermacam-macam alat penilaian yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik.
            Untuk melakukan evaluasi hasil mengajar dan belajar itu, seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yaitu tes yang telah distandarakan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test).
Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka guru akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar peserta didik.
Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes tersebut, jika digunakan dapat mencapai sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sebagai alat evaluasi, tes tersebut  merupakan alat yang jitu dan cermat karena telah mengalami try-out dan perbaikan-perbaikan sehingga akhirnya merupakan tes standar.
Suatu tes disebut andal (dapat dipercaya) jika tes tersebut menunjukan ketelitian dalam pengukuran.
Salah satu alat penilaian kemapuan mengajar guru di sekolah adalah kemampuan guru untuk melaksanakan evaluasi belajar siswa dalam PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya, evaluasi yang dilaksanakan berupa evaluasi formatif, sumatif, dan remedial/her ( perbaikan).
Dengan mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya dalam evaluasi belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru yang digunakan (formatif, sumatif, dan remedial/her) penting peranananya menentukan prestasi siswa, keberhasialn PBM yang dikelola guru, program pengajran di sekolah dan sekaligus menentukan mutu pendidikan. Karena itu, dalam membuat dan mengembangkan tes, guru harus menyusunnya dengan baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal itu maka guru harus mengetahui kriteia tes yang baik, pedoman pengembanhan tes, dan teknik pemberian skor.

B. Rumusan Masalah
Ø  apa yang dimaksud dengan tes?
Ø  Apa saja persyaratan sebuah tes ?
Ø  Apa saja jenis-jenis tes itu?
Ø  Apa kelebihan dan kekurangan jenis tes?
Ø  Bagaimanakah ciri-ciri tes yang baik?
Ø  Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar ?
C. Tujuan
Ø  Menjelaskan pengertian tes
Ø  Menjelaskan  persyaratan tes
Ø  Mengetahui jenis-jenis tes
Ø  Mengetahui kelebihan dan kekurangan jenis tes
Ø  Menerangkan cara memilih ciri-ciri tes yang baik
Ø  Menerangkan prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa perancis kuno : testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan mengunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Dalam (didieu tulisan arab).
Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut ( anastari, 1982:22 ).
Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.
Dengan demikian ada tiga hal yang penting dalam pengertian tes, pertama adalah sebutan pengukuaran. Pemberian tes (testing adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement). Kedua tes adalah alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang. oleh karena itu, pemberian tes sebenarnya terbatas dari segi waktu pelaksanannya; pengetahuan dan kemampuan yang di ukur bersifat luas hampir tanpa batas, sedangkan gambaran pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui tes merupakan sampel dari semua pengetahuan dan kemampuan yang mungkin dimiliki oleh pembelajar. Ketiga, tes adalah penafsiran angka yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau tidaknya sseorang pembalajar dalam mencapai suatu tujuan.


B.     Persyaratan Tes
Diilustrasikan bahwa mengukur panjang sisi meja dengan menggunakan karet elastis yang diulur-ulur, sama halnya dengan tidak mengukur. Hasil ukurannya tidak akan dapat dipercaya. Akan tetapi apabila keadaannya memang terpaksa, yakni apabila kita harus melakukan pengukuran padahal yang ada di situ hanyalah sehelai tali karet elatis, maka kita dapat menggunakan tali itu asalkan menggunakannya harus mengikuti aturan tertentu, yakni tidak boleh ditarik-tarik.
Apabila situasi ini kita pindahkan kepada pelaksanaan evaluasi atau tes, maka dapat disajikan dalam situasi berikut :
a.       Seorang guru yang belum berpengalaman menyusun tes, mengadakan suatu tes Bahasa Indonesia. Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberapa pernyataan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap isi bacaan tersebut, tetapi hanya meliputi bagian awal dari bacaan saja. Di samping itu, siswa diminta untuk mengambil beberapa kata sukar dari bacaan itu dan menerangkan artinya. Pada waktu tes berlangsung, guru menungguinya dengan teliti dan tidak memberi kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama. tes berjalan dengan tertib.
b.      Seorang guru yang sudah berpengalaman, menyusun sebuah tes dengan baik. Kebetulan guru ni juga mengajar bahasa indonesia. Seperti halnya guru pertama, ia memberi sebuah bacaan dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan. Setelah itu diikuti dengan deretan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa. Pada waktu pelaksanaan tes, guru ini mendadak sakit dan pengawasan terhadap pelaksanaan tes diserahkan kepada kawannya, seorang guru muda yang baik hati. Dibiarkannya saja anak-anak yang bercakap-cakap merundingkan jawaban pertanyaan itu, atau anak-anak yang dengan sengaja mengeluarkan buku catatan dan melihat-lihat isinya.
Dengan gambaran dua buah situasi tes di atas dapat dengan cepat diambil kesimpulan bahwa keduanya merupakan dua contoh pelaksanaan tes yang tidak  diharapkan. Keduanya tidak akan menghasilkan informasi yang baik tentang siswa.
Dari contoh pertama, yang kurang baik adalah tesnya. Pertanyaannya disusun dengan kurang cermat. Para siswa dibebaskannya untuk memilih sendiri kata-kata sukar dan menerangkannya. Dengan demikian, akan terdapat banyak sekali variasi jawaban sehingga guru akan menjumapai pada waktu menilai. Guru tidak dapat memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan siswanya. Nilai yang diperoleh tidak dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis maupun untuk mengisi rapor.
Dari contoh yang kedua, tes yang disusun oleh guru sudah baik. Dengan pengarahan dari guru yakni memberikan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa, guru dapat memperoleh informasi siswa mana yang sudah menguasai bahan dan siswa mana yang belum. Akan tetapi, kesalahannya terletak pada pelaksanaan atau administrasi tes. Oleh karena situasinya memberikan peluang kepada sisswa untuk saling menyeragamkan jawaban, maka guru tidak dapat memperoleh gambaran siapa sebenarnya siswa yang sudah menguasai bahan pelajaran sehingga dapat menjadi sumber informasi dan menjual jasa kepada kawan-kawannya.
Dari contoh dan keterangan ini semua dengan singkat dapat dikatakan bahwa sumber persyaratan tes didasarkan atas dua hal :
1.      Menyangkut mutu tes.
2.      Menyangkut pengadministrasian dalam pembelajaran.
Walapun dalam melaksanakan tes sudah diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara prosedur yang telah ditetapkan, namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert Sax(1980,31-42) menyebutkan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1)      Adakalanya tes ( secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang (walaupun tidak sengajka demikian), misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan maupun pengumuman hasil. Dalam kompetesi merebut suatu kesempatan yang pemilihannya melalui tes mau tidak mau ada pihak yang dikalahkan dan merasa tersinggung.
2)      Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempeengaruhi hasil belajar yang tidak murni. Tidak dipiungkiri bbahqa tes akan menimbulkan suasana khusus yang mengakibatkan hal-hal yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. Didalam penelitiannya Kirkland (1971) menyimpulkan bahwa:
a)      Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil belajar
b)      Murid yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang berkemampuan tinggi
c)      Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya mengurangi timbulnya kecemasan dalam tes
d)     Dalam kecemasan tinggi murid akan mencapai hasil baik jika soalnya berupa ingatan, tetapi sebaliknya jika soalnya bersifat fikiran
e)      Timbulnya kecemasan sejalan dengan tingkatan kelas
f)       Di tingkat sekolah menengah, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki
Banyak penelitian dilakukan oleh para ahli tentang kecemasan ini. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun bebasnya suasana tes, namun tampak bahwa tastee akan berbeda jika pertanyaan dilakukan bukan dalam suasana tes. Didalam suasana tes sering terlihat testee yang menetupi kecemasannya dengan cara menggigit kuku, mengetuk-ngetuk saja dan perilaku lain. Mengingat hasil tes sangat menentukan nasib mereka untuk itulah seorang guru harus berhati-hati dalam memberikan pertimbangan.
3)      Tes mengategorikan siswa secara tetap
Dengan mengikuti hasil tes kadang-kadang orang men-cap seseorang atau siswa kedalam kelompok kategorinya.
4)      Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
Dengan rumusan soal tes yang kompleks kadang-kadang siswa yang kurang pandai hanya melihat kalimatnya secara sepintas saja. Cara seperti ini boleh jadi menguntungkan karena waktu yang disediakan tidak habis terbuang
5)      Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas
Manusia memopunyai seperangkat sifat yang semuanya tidak bisa diukur melalui tes. Tingkah laku sebagai cermin dari sifat-sifat manusia adakalanya lebih cocock diketahui melalui pengalaman secara cermat. Beberapa sifat yang mungkin perlu diukur dengan berbagai instrumen yang bukan tes.

C.    Fungsi Tes
1.      Tes Sebagai Pengukur Prestasi
a.       Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.
b.      Sebagai bukti ada atau tidaknya peningkatan kemampuan peserta didik atau berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan.
2.      Tes Sebagai Motivator dalam Belajar
a.       Feed back berupa nilai penting guna meningkatkan belajar (Thorndike, et.al.,1991)
b.      Siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program yang sedang ditempuh akan diadakan tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka.
c.       Tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik, bukan motivator intrinsik (Robert L. Ebel, 1979)
d.      Teori psikologi behaviorisme memandang bahwa hasil tes yang baik dan yang segera diketahui oleh siswa yg bersangkutan akan menjadi pengalaman yang menyenangkan (rewarning learning experience) dan mempunyai efek memperkuat dorongan untuk belajar kembali.

D.    Jenis - Jenis Tes
1.      Dari segi bentuk pelaksanaannya
a.       Tes Tertulis ( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b.      Tes Lisan ( oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid.


c.       Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
2.      Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
a.       Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
b.      Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam bentuk, antara lain : Tes Betul-Salah (TrueFalse), Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), Tes Menjodohkan (Matching), dan Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
3.      Dari segi fungsi tes di sekolah:
a.       Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran, Merupakan penguatan bagi peserta didik, Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, dan Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
b.      Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
c.       Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
d.      Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

E.     Kelebihan dan Kekurangan Jenis-Jenis Tes
1.      Tes lisan
a.       Kelebihannya antara lain:
1)      Lebih dapat menilai kepribadian dan isi pengetahuan seseorang karena dilakukan secara face to face
2)      Jika si penjawab belum jelas, pengetes dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti oleh si penjawab
3)      Dari sikap dan cara menjawabnya, pengetes dapat mengetahui apa yang tersirat disamping yang tersurat
4)      Pengetes dapat mengorek isi pengetahuan seseorang sampai mendetail dan dapat mengetahui bidang mana dari pengetahuan itu yang lebih dimiliki atau disenanginya
5)      Untuk mengetahui kecakapan tertentu
6)      Pengetes dapat langsung mengetahui hasilnya
b.      Kekurangannya antara lain:
1)      Jika hubungan antara pengetes dan yang dites kurang baik, dapat mengganggu objektivitas hasil tes
2)      Sifat penggugup pada yang dites dapat menggangu kelancaran jawaban yang diberikan
3)      Pribadi dan sikap pengetes dan hubungannya dengan yang dites memungkinkan hasil yang kurang objektif.
2.      Tes tulisan
a.       Kelebihannya antara lain:
1)      Dapat sekaligus menilai kelompok dalam waktu yang singkat
2)      Bagi si penjawab ada kebebasan memilih dan cara menjawab
3)      Karena pertanyaannya sama, scope dan isi pengetahuan yang dinilai tiap-tiap orang pun sama pula
b.      Keburukannya antara lain:
1)      Mudah menimbulkan kecurangan dan kepalsuan jawaban
2)      Mudah menimbulkan spekulasi bagi orang yang akan dites
3.      Tes Essay
a.       Kebaikannya antara lain:
1)      Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama
2)      Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati atau buah pikirannya
3)      Melatih mngeluarkan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur
4)      Lebih ekonomis, hemat karne tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk membuat soal tes
b.      Kelemahanya antara lain:
1)      Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang scope-nya luas atau banyak sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya
2)      Kemungkinan jawaban yang heterogen sifatnya menyulitkan pengetes dalam menskornya
3)      Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang tidak sama mudah menimbulkan evaluasi dan penskoran yang kurang objektif
4.      Tes objektif
a.       Kebaikannya antara lain:
1)      Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau skope yang luas. Pelajaran yang diberikan selama satu tahun atau dua tahun dapat dites sekaligus
2)      Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin karena adanya jawaban yang tersedia
3)      Dapat dinilai secara objektif karena kunci jawabannya telah tersedia
4)      Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari
b.      Kekurangannya antara lain:
1)      Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat
2)      Memungkinkan anak atau si penawab berbuat coba-coba (kira-kira), untung-untungan dalam menjawabnya
3)      Menyusun tes ini tidak mudah, memrlukan ketelitian dan waktu yang agak lama
4)      Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak
Untuk menilai hasil-hasil tes objektif biasanya dilakukan penskoran secara statistik.

  1. Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan:
a.       Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes  itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat.
Ada 4 macam validitas:
1)      Validitas Isi
Yaitu untuk mengetahui kajituan dari suatu instrumen ditinjau dari segi isi instrumen tersebut yang dilakukan dengan jalan membandingkan isi instrumen dengan komponen-komponen yang harus diukur.
2)      Validitas Susunan
Untuk mengetahui apakah suatu instrumen memenuhi syarat-syarat validitas susunan atau tidak, maka harus membandingkan susunan instrumen tersebut dengan syarat-syarat penyusunan instrumen yang baik.
3)      Validitas Bandingan
Kejituan suatu instrumen dilihat dari korelasinya terhadap keadaan yang sebenarnya dari responden tersebut saat pengukuran dilakukan.
4)      Validitas Ramalan
Kejituan dari suatu instrumen ditinjau dari kemampuan instrumen tersebut meramalkan keadaan individu pada masa yang akan datang.
b.      Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama. Reliabilitas menunjuk kepada ketetapan dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep reliabilitas mendasari kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari kelompok itu mungkin berubah karenanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reliabilitas adalah:
1)      Sebelum mengadakan tes harus diperhatikan terlebih dahulu keadaan fisik dan lingkungan di sekitar testi.
2)      Jika korelasi mendekati satu atau kurang dari satu maka ketetapannya reliable tapi kalau korelasi lebih dari satu maka tidak reliable
c.       Praktis atau memiliki kepraktisan (Practibility).
Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes. Tes yang praktis adalah tes yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1)      Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa ubtuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
2)      Mudah pemeriksaannaya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
3)      Diilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga daapat diberikan atau diawali oleh orang lain.

d.       Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama sistem skoringnya.
Apabila dikaitkaan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliablilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektifitas dari suatu tes yaitu, bentuk tes dan penilaian.
1.      Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilaian untuk memberi penilaian menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai. Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektivitas dari penilai, maka sistem skorsingnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skorsing terlebih dahulu.
2.      Penilaian
Subjektivitas dari penilaian akan dapat masuk agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain : kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan. Untuk menghindari atau mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan penilaian, maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.
a.       Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan seorang siswa. Faktor kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya.
b.      Evaluasi harus dilakukan dengan cara komprehensif (menyeluruh) yang dimaksud dengan evaluasi yang komprehensif di atas adalah atas berbagai segi peninjauan :
1.      Mencakup keseluruhan materi.
2.      Mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman,aplikasi, dsb)
3.      Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, pengamatan insidental, dan sebagainya.
e.       Ekonomis
Tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.

  1. Tahap-tahap penyusunan tes
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
a.       Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
1)      Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
2)      Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
3)      Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
4)      Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
5)      Merencanakan banyak soal
6)      Merencanakan jadwal penerbitan soal
b.      Penulisan soal
c.       Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
d.      Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.
e.       Penganalisisan hasil uji coba.
f.       Pengadministrasian soal

  1. Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi Belajar
a.    Menurut (Gronlund,1977)
1)      Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
2)      Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.
3)      Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yg diinginkan.
4)      Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.
5)      Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6)      Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.
Selain itu menurut Anas Sudjiono dalam bukunya Pengantar evaluasi pendidikan mengemukakan  ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah detetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar soal tes hasil belajar.
Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.
Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. Untuk mengukur hasil belajar yang berupa keterampilan mislanya, tidak tepat kalau hanya menggunakan soal-soal yang berbentuk essay tes yang jawabannya hanya menguraikan dan bukan melakukan atau mempraktekan sesuatu. Demikian pula untuk  mengukur kemampuan menganalisis suatu prinsip , tidak cocok jika digunakan butir-butir soal yang berbentuk objective tes yang pada dasarnya hanya mengungkapkan daya ingat peserta didik.
Keempat, tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pernyataan tersebut mengandung makna, bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes. Desain dari placement test – (yaitu tes yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu)  sudah barang tentu akan berbeda dengan desain dari formative tes (yaitu tes yang digunakan untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses pembelajaran, baik bagi guru maupun bagi siswa) dan summative test (yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau menilai samapi di mana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang bersangkutan). Demikian pula desain ari diagnostic tes (yaitu tes yang digunakan dengan tujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa, seperti latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan sosial ekonomi siswa) tentu akan berbeda pula dengan tiga jens tes yang telah disebutkan di atas.
Kelima, tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama. Dengan demikian tes hasil belajaar itu hendaknya memiliki keajegan hasil pengukuran yang tidak diragukan lagi.
Keenam, tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Ada tiga hal yang penting dalam pengertian tes, pertama adalah sebutan pengukuaran. Pemberian tes (testing adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement). Kedua tes adalah alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Ketiga, tes adalah penafsiran angka yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau tidaknya sseorang pembalajar dalam mencapai suatu tujuan.
Sebuah tes harus sesuai dengan apa yang akan diukur sehigga dapat meberikan informasi yang benar. Dengan kata lain sebuah tes adalah alat yang dipakai untuk mengetahui ketercapaian keadaan yang diinginkan oleh pengetes, setelah terlebih dahulu meberikan perlakuan yang benar terhadap objek yang di tes. Tentuya sebuah tes harus dibuat berdasaran ketentuan-keetentuan atau prinsip tertentu yang sesuai dengen perlakuan yag diberikan kepada objek, sehingga informasi yang diahasilkan dapat dipercaya.
Sebuah tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi empat faktor yakni: Valid, Reriabel, praktis, dan objektif.


DAFTAR PUSTAKA

·         amintabin.blogspot.com
  • Amir Daien Indrakusuma. 1993. Evaluasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.
·         Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Ed. Revisi , Cet.        7. Jakarta: Bumi Aksara
  • Dewa Ketut Sukardi. 1997. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rinneka Cipta.
  • Frederick G. Brown. (terjemahan oleh Yuenda Vicky Larasati). 2009. Measuring Classroom Achievement. (http://pdf.database.com/mengukur-pencapaian-siswa.html)
·         Gronlund, Norman E: Improving Marking and Reporting in Classroom Instruction, Macmillan Publishing Co, Inc. New York,1974
·         minaltimay.wordpress.com
·         Purwanto, Ngalim. 1984. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
·         Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
·         za-doc.blogspot.com

2 komentar:

  1. Kotak postingana alit teuing atuch . . . :-)

    Ngiring ngalangkung . . .
    http://panduanprofitclicking-jbp.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Hatur nuhun..masih belajar

    BalasHapus