BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
CIRI- CIRI AKHLAK
1. Pangkalnya Disengaja
Pangkal yang disengaja
artinya bahwa setiap yang dilakukan oleh manusia yang kaitannya dengan akhlak,
merupakan perilaku yang disengaja atas kesadaran dirinya.
Terdapat dalam dalil
al-quran dan hadits:
·
Dalil
Al-quran terdapat dalam QS.3:159
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
·
Dalam hadits riwayat Ahmad
“barang
siapa menikah dengan mahar dan berniat untuk tidak membayarnya maka ia pezina,
barang siapa meminjam dan berniat untuk tidaak membayarnya maka ia pencuri”
Akhlak yang pangkalnya disengaja
terbagi kedalam tiga bagian yaitu:
a.
Niat
Niat itu menjadi pijakan untuk
melangkah dalam berbuat sesuatu. Kekuatan niat itu sangat menentukan kekuatan
langkah berikutnya. Karena baik buruknya seseorang tergantung niatnya.
b.
Kehendak
Kehendak muncul karena ada
keinginan-keinginan yang dirasakan kemudian bimbang dan mempertimbangkannya dan
berikutnya satu keinginan memenangkan keinginan lainnya. Inilah yang disebut
dengan kehendak. Setiap keinginan itu mengikuti keadaan jiwanya. Keadaan jiwa
itu disebut alam keinginan.
c.
Kekuatan
kehendak
Kehendak merupakan penggerak segala
perbuatan manusia , membangunkan kekuatan sifat-sifat manusia. Kehendk
menggerakan kemahiran menggunakan alat, kemahiran bekerja, kekuatan berfikir,
menunaikan kewajiban. Kehendak itu bisa menjadi pendorong berbuat dan bisa pula
menjadi penolak berbuat, sehingga menjadi pangkal segala sifat perilaku
manusia.
Penyakit
kehendak ada 2 yaitu:
1. Lemahnya
kehendak. Kehendak menunaikan kewajiban, tetapi terganggu rasa malas hingga
kewajibannya tidak dilaksanakan.
2. Arar
kehendak. Kehendaknya sudah kuat tetapi diarahkan kepada perbuatan yang
tercela, sehingga perbuatan baiknya menjadi rusak.
Adapun kehendak yang rusak dapat
diobati dengan:
1. Memperkuat
dengan latihan-latihan yang berat dalam hal perrbuatan yang dikehendaki.
2. Jika
sudah berazam berbuat kebaikan, maka harus dipaksakan untuk melakukannya.
3. Memperrkenalkan
kepada jiwa perrbuatan-perrbuatan baik, agar kebaikan dapat mengepung segala
hal sikap keburukan.
Mengenai
kebebasan berkehendak ada dua macam yaitu ada wilayah yang membebaskan untuk
bekehendak dan ada wilayah keterpaksaan dalam berkehendak. Mengenai aspek
paksaan memiliki dua factor yaitu factor luar dan dalam. Factor dalam inilah
yang diwariskan leluhurnya yang membentuk kehendak tertentu. Factor luar ialah
kekuatan pendidikan dan lingkungan social tempat ia hidup yang membuat kehendak
tertentu pula.
Pendorong Berbuat
Pendorong berbuat memiliki arti
yaitu:
1. Sesuatu
yang mendorong kita untuk berbuat, misalnya seorang memukul anaknya, itu
berarti pendorongnya adalah rasa marah, marahnya itu mendorong untuk memukul
anaknya, ini untuk kepuasan diri.
2. Sesuatu
yang menarik kita untuk berbuat, misalnya seorang memukul anaknya, itu berarti
penarikannya adalah rasa jera. Ia memukul anaknyaanaknya itu agar menariknya
pada rasa jera dari berbuat suatu kesalahan dan ini untuk kepentingan yang
bersangkutan.demikian juga halnya dengan seorang dokter yang mengobati pasien pendorongnya
adalah:
a. Agar
pasiennya sembuh, ini untuk kepentingsn pasien
b. Agar
mendapatkan uang, ini untuk kepentingan pribadinya.
·
Prosesnya Terbiasa
Suatu kebiasaan yang dilakukan,
kemudian dilakukan lagi dan dilakukan lagi secara berlanjut disebut dengan
kebiasaan. Mayoritas pekerjaan manusia merupakan wujud dari kebiasaan ini
seperti cara belajar, berjalan, berlari, berpakaian, berbicara, berpenampilan
dll.
Kebiasaan dibentuk oleh tiga hal, yaitu:
a. Adanya
rasa menyukai pada perbuatan itu
b. Adany
wujud perbuatan itu
c. Adanya
pengulangan yang berlanjut pada keduanya
Proses Kebiasaan
Ada Empat Macam Yaitu:
Pertama, kebiasaan dan fisik
Suatu perangkat yang sangat halus di
tubuh, yang mengubungkan otak dengan alat perasa, peraba, penglihatan,
penciuman, dan sebagainya, itu disebut uraf saraf. Segala sesuatu yang
berkenaan dengan urat syaraf yang memberikan sinyal ke otak.
Kedua, sifat kebiasaan
Kebiasaan itu memiliki dua macam
sifat yaitu:
1. Memudahkan
berbuat , perbuatan yang sudah dilakukan dengan kebiasaan maka dalam
melakukannya pun tidak akan terasa berat.
2. Menghemat
waktu dan perhatian, karena perbuatan tersebut sudah dilakukan dan menjadi kebiasaan
maka dalam melakukannya bisa diakukan dalam jangka waktu yang singkat.
Ketiga. Kekuatan kebiasaan
Kebiasaan berfikir danbertindak
sesorang di masa lalu akan mempengaruhi berfikir seseorang dimasa yang akan
dating, baik itu perbuatan yang baik atau perbuatan buruk di massa lalu akan
mempengaruhi pola kebiasaan seseorang dimasa yang akan datang.
Keempat, mengubah kebiasaan
Untuk mengubah kebiasaan harus ada
keinginan pada sesuatu, memulai melakukannya, kemudian dilatihkan, dibiaskan
melakukannya berkali-kali.
Untuk mengubah kebiasaan buruk dapat
diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Berniat
yang kuat untuk mengubahnyadengan melakukan hal yang sebaiknya.
b. Mulai
membiasakan hal yang baru dan konsisten dengan kebiasaan itu.
·
Eksistensinya mewarnai
Eksistensi akhlak atau keberadaan
akhlak senantiasa mewarnai setiap gerak langkah tindakan sesorang atau
sekelompok orang. Firman allah dalam surah Al-baqarah (2:138)
“Shibghah
Allah Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya
kepada-Nya-lah kami menyembah.
Berlandaskan
aqidah yang benar, maka sikap yang ihsan itu mewarnai perbuatan kepada tuhan
dalam beribadah dan berkarya dalam berkhalifah. Terbiasa berbuat yang terbaik.
a.
Ihsan dalam beribadah: bersyahadat, bersalat,
berzakat, berpuasa, berhaji, berdzikir, berdoa, bermunajat dan bertaubat.
b.
Ihsan
dalam berkhilafah, ihsan dalam menjalankan profesi:
Ø Sebagi
akademis, professional, teknisi dan tukang
Ø Profesi,
ahli kode etik, jenjang pendidikan organisasi profesi, khazanah, teori
keilmuwan. Akhlak itu mewarnai segala bentuk ibadah dan khilafah.
B.
ARAH
AKHLAK
Arah
akhlak itu berarti akhlak itu arahnya ditunjukan kepada siapa? Akhlak itu
diarahkan kepada dua hal yaitu akhhlak kepada khalik dan arah akhlak kepada
mahluk.
1.
Akhlak
kepada Allah
Akhlak manusia tidak terlepas dari statusnya sebagai
seorang hamba tuhan atau sebagai mahluk tuhan yang senantiasa harus tunduk dan
patuh untuk menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena
itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Kaitannya dengan sang khalik, manusia dituntut untuk mempunyai akhlak
yang baik terhadap sang khalik sebagai bentuk pengabdiannya kepada tuhannya.
akhlak manusia terhadap tuhan mempunyai hubungan yang vertical yakni manusia
sendiri yang berinteraksi dan berurusan langsung dengan tuhan.Akhlak manusia
terhadap tuhannya telah dicontohkan oleh rasul Muhammad S.A.W.
Hubungannya
dengan akhlak terhadap khalik islam sangat mementingkan akhlak. Yang perlu
diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita
utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak
mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba
terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang
bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin
sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang
muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
Muhammad
diutus Allah dengan membawa petunjuk sekaligus rahmat bagi seluruh alam,
sebagaimana Allah mengutusnya dengan ilmu, bukti-bukti rasional, dan
bukti-bukti pendengaran. Allah juga mengutusnya dengan membawa kebaikan untuk
umat manusia, kasih sayang dan rahmat bagi mereka tanpa mengharap imbalan, dan
sabar dalam menghadapi cercaan. Oleh karena itu, Allah membekalinya dengan
ilmu, kemuliaan serta sifat penyantun: memberi bimbingan dan berbuat baik
kepada semua manusia. Dia mengajar, memberi petunjuk, memperbaiki hati, dan
menuntun manusia kepada jalan kebaikan di dunia dan akhirat tanpa mengharap
imbalan apapun. Ini merupakan sifat semua rasul. Inilah jalan bagi siapa saja
yang mau mengikutinya.
Akhlak
merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah
disabdakan oleh rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang
paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari
abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al
Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari
Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma disebutkan : “Sesungguhnya
sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”
Akhlak
terhadap Allah antara lain:
1.
Senantiasa
meng-Esa kan-Nya dalam setiap tindakan hal ini tercantum dalam surat An-Nisa
ayat 116
“Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa
yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya.”
2.
Senantiasa
Patuh Pada Petunjuk-Nya
Berkaitan dengan status manusia
sebagai mahluk, maka setiap tingkah lakunya harus berdasar kepada petunjuknya.
Terdapat dalam surat An-Nur ayat 52
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan
rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah
orang- orang yang mendapat kemenangan”
3.
Senantiasa Mencontoh Sifat-Sifat-Nya
Agama
memerintahkan kita untuk menjalankan risalahnya. Perintah ini dilaksanakan
dengan penuh
semangat, sampai kita lupa bahwa Allah SWT yang memerintahkan itu tidak
menghendaki orang memiliki paham yang sama.
“Dan Kami telah turunkan
kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421]
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu(Al-Maidah ayat 48).”
4.
Senantiasa
Memohon Kepada-Nya
Ø Memohon ampunan
(taubat)
QS. An Nur ayat 31
“Katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Ø Memohon karunia
Allah sangat
menyukai hamba yang meminta pertolongan sebagimana tercantum dalam al-quran
“Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326]
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."(Al-Mu’min:60)
“Maka
Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami
jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas[970]. Dan mereka
adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami”(Al-Anbiya:90
Ø Menyampaikan
keluhan(bermunajat)
Dalam Al-quran
telah digariskan bahwa manusia merupakan mahluk yang suka mengeluh.
“Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia berada dalam susah payah.”(Al-Balad:4)
Sejak lahir
sampai manusia mengalami fase menuju kedewasaan bahkan sampai meninggal pun
manusia pasti mengalami kesulitan yang dialami dalam kehidupannya. Orang yang
beriman, keimananya akan melahirkan sikap optimis karena ia yakin bahwa apa
yang ada dalam genggaman ilahi jauh lebih dapat diandalkan dari pada apa yang
ada didalam genggamannya. Boleh saja mengeluh apalagi jika ditunjukan kepada
Allah sambil berusaha, saat itu keluhan menjadi tanda optimisme.
2.
Akhlak Kepada Mahluk
Ketika manusia menghadap mahluk Allah SWT maka
posisi manusia disini adalah sebagai
khalifah Allah di muka bumi ini, banyak cara yang dilakukan manusia untuk
berinteraksi dengan mahluk sesama manusia.Berkaitan
dengan arah akhlak terhadap sesama mahluk, manusia diarahkan untuk senantiasa
memiliki akhlak yang baik terhadap sesama manusia. Akhlak ini tidak semerta-
merta tumbuh dalam hati manusia tetapi akhlak ini tumbuh melalui pendidikan. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat
terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu
manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi
berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling
mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat.
Kehidupan
dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat
bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
Selain itu dalam hal akhlak kepada sesame manhluk manusia juga harus memiliki sikap
yang baik seperti menyambung tali persaudaraan, memberi sesuatu kepada orang
yang enggan memberi, memaafkan orang yang membuat kesalahan. Selain itu kita
juga wajib dan dianjurkan untuk berbakti kepada orang tua, menyambung tali
kerabat, berbuat baik kepada tetangga, berbuat baik kepada anak-anak yatim,
orang miskin, ibnu sabil, dan bersikap lembut kepada sahaya.
Perbuatan
baik kepada sesama mahluk telah dicontohkan oleh rasul, hal ini terdapat dalam
hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan :
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik
budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain anas memuji
beliau shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang
tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau
rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani
rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur
perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak
mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits diatas tergambar betapa mulianya akhlak yang
dicontohkan oleh nabi Muhammad, maka sepantasnya lah manusia menjalankan sunah
rasul yang mulia demi terwujudnya
perilaku yang aman dan damai sesuai dengan syariat islam.
Kekuatan akhlak lahir melalui proses panjang yang memerlukan kesediaan untuk
sentiasa memberi komitmen dengan nilai-nilai Islam. Seorang ulama menjelaskan
thariqah (jalan) untuk membina akhlak islami adalah dengan kemahuan untuk
melaksanakan latihan (tadribat) dan pendidikan (tarbiyah). Setiap muslim
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi baik atau buruk, masalahnya adalah
sejauh mana usaha kita untuk mendisiplinkan diri dengan nilai-nilai dan amalan
Islam bagi melahirkan muslim yang berakhlak ampuh. Malangnya keampuhan akhlak
inilah yang sering dilupakan. Malah kian rapuh sehingga hilangnya jatidiri
muslim hakiki. Justru menjadi puncak lunturnya sinar Islam pada penghujung
zaman. Gejala keruntuhan akhlak yang berlegar di sekeliling kita seperti zina
hati, mata, lisan dan seumpamanya meruntun jiwa kita selaku pendokong agama.
Keruntuhan yang tidak dikawal pada satu tahap yang minimal membawa manusia
untuk menuruti hawa nafsu, dan melupakan tuhan maha Pencipta Yang Maha Esa.
Jadi dapat
dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena
itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai
perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak
bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu
menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik
oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
A.
Akhlak
Terhadap Manusia
- Akhlak Terhadap Diri Sendiri
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan
apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan
orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam
mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk
membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”(Al- Isra ayat 7)
Ø Kerja keras,
memaksimalkan kemampuan diri untuk mencapai suatu tujuan.
Katakanlah:
"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmusesungguhnya akupun berbuat
(pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.(Al-An’am:135)
Ø Hemat, berarti hidup
sederhana, teliti menggunakan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Nabi bersabda
“tempat yang jelek yang suka diisi
manusia adalah perut yang terlalu penuh”.
- Akhlak
Terhadap Diri Orang Lain
QS.An-Nisa 4:86
“Apabila kamu diberi penghormatan
dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih
baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[327].
Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”
Ø Akhlak Terhadap Orang
Tua
Orang tua yakni ibu dan bapak, atau
walidain, abawain. Pembicaraan akhlak tentang orang tua ini dibatasi kepada
tanggung jawab orang tua, kewajiban anak, dan realisasi berbuat baik.
§ Tanggungjawab orang tua
Ibu dan bapak berperan sebagai
orang tua. Mereka memainkan perannya itu denhgan membesarkan anak-anaknya
hingga mencapai kedewasaan. Membesarkan anak itu merupakan tanggung jawab
sebgsi orang tua.
Tangggung jawab yang kompleks itu
terbagi dalam 2 hal:
o Tanggungjawab yang
bersifat materi
o Tangggungjawab bersifat
non materi
§ Kewajiban anak
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia”(Al-Isra’
17:23)
Ø Akhlak Terhadap Saudara
Saudara dalam hal ini adalah
saudara kandung, kakak,adik, paman, bibi merke sering disebut dengan zawil
qurba atau zawil arham, tentang ini ada dua hal yakni bersilaturahmi atau
mempererat tali persaudaraan, yang kedua yaitu memberi bantuan,kerabat berada
dalam posisi yang kedua dalam hal berinfak.
Ø Akhlak terhadap
tetangga
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan
teman sejawat, ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri,”(An-Nisa ayat 36)
Ø Akhlak sesama muslim
Pada hakikatnya muslim itu saling
menyelamatkan antar sesamanya, ada ikatan keluarga sesame muslim dan tidak
saling mengganggu antar mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“muslim itu adalah orang yang tidak perrnah mengganggu sesamanya dengan
ucapan maupun dengan tindakannya(H.R Mutafak alaih)
Akhlak terhadap sesama muslim
diantaranya adalah:
§ Setia kawan
§ Menunaikan
hak-haknya
Ø Akhlak terhadap
kaum lemah
Rasulullah
bersabda:
“sesungguhnya Allah memfardukan atas
orang-orang kaya muslim, sekedar dalam hartanya sehingga menutupi kebutuhan
kaum fakir miskin. Kemelaratan orang-orang
miskin adalah karena ulah orang-orang kaya dikalangan mereka ingatlah,
Allah akan menghisab mereka dengan hisaban yang keras dan mengadzab mereka
dengan adzab yang pedih”(hadits dari Ali bin Abi Thalib)
B.
Akhlak Terhadap
Non Manusia
- Memelihara Kelestarian Alam
QS.Ar-Rum ayat
41:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). “
- Menyayangi
hewan
QS. An-Nahl ayat 5-9
“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk
kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebahagiannya kamu makan.
Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu
membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat
penggembalaan. . Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu
negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan
kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal[820]
dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. Dan hak
bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang
bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya
(kepada jalan yang benar).”
- Merawat Tumbuhan
Lingkungan alam
yang subur merupakan karunia dari Allah SWT sehingga keasriannya dapat
memberikan rasa senang. Dengan demikian perawatan yang baik terhadap plora akan
sangat berguna untuk kehidupan manusia. Gerakan reboisasi tanaman dan
pelestarian lingkungan akan sangat memberikan pengaruh besar bagi kelestarian
bumi yang kita huni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar