Peranan Psikologi dalam
melaksanakan Bimbingan dan Konseling
Akhmad Sudrajat dalam
Salahudin, Anas(2009:104) menyatakan bahwa bimbingan konseling merupakan bagian
Integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layan profesional
tentunya kegiatan bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan sembarangan, namun
harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan
pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan
yang jelas dan kokoh, pengembangan layanan bimbingan dan konseling baik teori
maupun prakteknya diharapkan dapat memberikan manfaat yang sangat besar ,
khususnya bagi klien.
Landasan dalam bimbingan
dan konseling pada intinya merupakan fondasi yang harus kuat dan merupakan
bagian dari factor pendukung yang harus diperhatikan, khususnya oleh konselor sebagai
pelaku utama dari bimbingan dan konseling ini.
Secara umum terdrapat empat aspek pokok yang
melandasi bimbingan dan konseling, yaitu:
- landasan filosofis
- landasan psikologis
- landasan social budaya
- landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi
untuk kepentingan
bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh
konselor adalah tentang:
1)
motif dan
motivasi
motif dan motovasi
berkenaan dengan dorongan yang menggerakan seseorang untuk berperilaku baik
atau motif primer, yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki
oleh individu semenjak lahir. Motivasi berarti keadaan internal organisme baik
manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah (Gleitman,1986; Reber, 1988)
seorang konselor harus tahu
apa motif dan otivasi yang dimiliki oleh
kliennya sehingga dia mengetahui arah perilaku dari kliennya tersebut.
2)
pembawaan
dan lingkungan
factor pembawaan dan lingkungan merupakan factor yang tak dapat
dipisahkan dari kajian ini. Kedua factor tersebut merupakan factor yang sangat
penting dalam menentukn perilaku individu.
Factor pembawaan
merupakan factor yang dibawa individu sejak lahir dan mengandung factor
potensial. Ada yang memiliki potensial tinggi dan ada juga yang rendah
tergantung keturunan. Disinilah peran orang-orang disekelilingnya sangat
diperlukan untuk membantu mengiptimalkan potensi yang dimiliki oleh individu
tersebut. Tidak hanya pembawaan piskologis saja tetapi pembawaan fisiologis
juga mempengaruhi mental dan kepribadian individu. Ada individu yang tidak
percaya diri dengan kekurangn yang ada pada tubuhnya, hal ini menimbulkan
dampak yang sangat besar bagi perkembangan mental individu dan diperlukan
penanganan yang baik.
Sedangkan lingkungan
menyangkut keadaan sekitar individu meliputi lingkungan keluarga, masyarakat
dan lingkungan pertemanan. Seorang individu meskipun dia memilki potensi yang
sangat tinggi tetapi jika tidak didukung dengan lingkungan yang mendukung
perkembangan potensinya maka potensinya itu tidak akan berkembang secara
optimal. Maka dalam pergaulan social, seorang individu hendaknya pintar untuk
memilih mana yang baik dan yang tidak baik.
3)
perkembangan
individu
perkembangan individu
berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak
masa konsepsi (prenatal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek
psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan social.
Setiap individu memiliki
fase perkembangan yang berbeda-beda tergantung factor-faktor yang mempengaruhi seperti hormone dan
lingkungan. Ada individu yang berkembang secara cepat tingkat intelegensi
maupun fisik dan ada pila yang lambat. Beberapa teori mngemukakan bahwa
perkembangan individu hampir sama dalam setiap jenjang seperti tahap sensori
motor dan tahap praopersional, tetapi itu secara umum karena setiap individu
memiliki ciri khas masing-masing dan tidak akan memiliki perkembangan yang
sama.
Oleh karena itu dalam
menjalankan tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan
individu kliennya, sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di
masa depan.
4)
Belajar
Belajar merupakan
serangkaian kegiatan untuk mengetahui sesuatu, dan sekaligus konsep mendasar
dalam psikologi. Setiap orang yang hidup
pasti belajar. Seseorang tidak dapat mempertahankan diri dan mengembangkan
dirinya tanpa belajar. Inti dari belajar adalah mengusai sesuatu yang baru
dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Untuk memahami kliennya
seorang konselor harus mengetahui mengenai teori-teori belajar yang akan
mempermudahnya untuk mendiagnosis kesulitan individu.
5)
Kepribadian
Berangkat dari penemuan
Gordon menganai teori pengertian kepribadian, maka kepribadian merupakan
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai system psikofisik yang
menentukan cara yang unik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kata
kunci dari kepribadian adalah penyesuain diri. Yang dimaksud dengan unik yakni
kualitas perilaku individu khas sehingga dapat diketahui individu tersebut
berbeda dengan yang lainnya. Keunikan ini didukung oleh faktor psikofisiknya,
misalnya struktur tubuhnya, hormone dan yang lainnya dan saling berpengaruh dan
menentukan kualitas perilaku individu tersebut. Jadi seorang konelor harus tau
kepribadian yang dimiliki oleh kliennya karena kepribadian menyangkut seluruh
perilaku yang dilakukan oleh individu tersebut. Dengan mengetahui kepribadian
kliennya akan sangat membentu konselor dalam melakukan tindakan pencegahan
maupun tindakan konseling yang diambil dalam memecahkan masalah.
Dengan demikian,
psikologi terlihat sangat dominant dalam memainkan perannya dalam bimbingan dan
konseling terutama yang terkait dengan perilaku individu yang menjadi sasaran
bimbingan dan konseling.
Referensi:
Syah, muhibbin.2002. psikologi belajar.Jakarta:Rajawali Pers
Salahudin,Anas.2009. bimbingan dan konseling. Bandung: Pustaka setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar